عَنْ
الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ
حُلَّةٌ وَعَلَى غُلَامِهِ حُلَّةٌ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنِّي
سَابَبْتُ رَجُلًا فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ فَقَالَ لِي
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ
بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ
جَعَلَهُمْ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ
مِمَّا يَأْكُلُ وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا
يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
Artinya: “Diriwayatkan
dari Ma’rur bin Suwaid, ia berkata ‘Saya bertemu Abu Dzarr di Rabdzah, ia
memakai mantel begitu juga budaknya’, saya bertanya kepadanya tentang itu, ia
menjawab: ‘Saya telah menghina seseorang dengan cara menghina ibunya, kemudian
Nabi SAW berkata kepada saya ‘Hai Abu Dzarr apakah engkau menghina ibunya?
Sesungguhnya engkau masih mempunyai sifat jahiliyyah, saudara-saudara kalian
adalah tanggungan kalian, Allah menjadikan mereka di atas kekuasaan
(tanggungan) kalian, maka barang siapa yang saudaranya berada di bawah
kekuasaannya, jika dia makan berilah makanan seperti yang dia makan, jika dia
berpakaian berilah seperti yang dia pakai, janganlah kalian membebani mereka
sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka maka
bantulah mereka’”.
Penjelasan Singkat Perawi Hadis
Abu Dzar al-Ghifari nama
aslinya adalah Jundub bin Junadah. Ghifar adalah suatu kabilah atau suku yang
tidak ada bandinganya tentang jarak tempuhnya menuju Makah. Suku Ghifar
terkenal jahat, bengis dan kejam. Orang yang menyatakan diri memeluk Islam di
tengah-tengah Ghifar, nyawanya belum tentu selamat. Abu Dzar mempunyai taktik
yang jitu. Ia berjalan sempoyongan seperti musafir yang kehabisan makan di
tengah-tengah padang pasir. Padahal tujuan utamanya adalah untuk bertemu
Rasulullah SAW. Kerinduan pada Rasulullah SAW membuat Abu Dzar berhasil
melewati perjalanan jauh yang penuh musuh. Sehingga ia berhasil berjumpa dengan
Rasulullah dan menyatakan dirinya masuk Islam dengan bersyahadat di depan
Rasulullah SAW. Ia termasuk sahabat generasi awal yang masuk Islam.
Abu Dzar disuruh pulang
ke Ghifar setelah masuk Islam, namun dirinya enggan sebelum menyatakan syahadat
di depan ka’bah. Akhirnya ia menuju ka’bah untuk memenuhi janjinya. Namun yang
terjadi malah ia di kroyok oleh orang-orang kafir yang ada disekitar ka’bah.
Abu Dzar kemudian menuruti perintah Rasulullah SAW untuk kembali ke Ghifar. Setelah
beberapa hari kemudian datanglah rombongan yang muncul dari kejauhan padang
pasir, seraya ingin menyerang kaum muslim, namun rombongan itu menyerukan “Allahu
Akbar”, ternyata pimpinan tersebut bernama Abu Dzar Al-Ghifari. Ia sukses
mengajak Bani Ghifar untuk memeluk Islam. Ia meninggal pada tahun 32 H di
Rabdzah (sebuah desa di Madinah) pada masa Utsman bin Affan.
Penjelasan Hadis
Islam mengajarkan untuk
saling menghormati dan menyayangi. Ajaran yang mulia ini tidak memandang hanya pada
orang-orang tertentu saja, tetapi pada seluruh manusia bahkan hewan maupun
tumbuhan. Salah satunya dalam bahasan ini adalah menyayangi budak. Budak adalah
orang yang mengabdi pada seorang Tuan. Hanya ada pada masa Islam awal. Sekarang
ini sudah tidak ada budak. Adapun pembantu
rumah tangga itu bukan termasuk budak.
Hadis di atas
menjelaskan bahwa budak mempunyai kedudukan yang sama dengan tuannya dalam tiga
hal:
1.
Makanan
Jika sang tuan makan ayam, budak pun harus di beri
makan ayam. Aktivitas budak adalah aktivitas tuan, tenaga budak adalah
tenaganya tuan, jadi makanannya budak haruslah makanannya tuan.
2.
Pakaian
Budak harus dihormati. Tidak boleh di hina dan di caci.
Ia punya hak untuk disamakan dengan tuannya. Kehormatan tuan juga ada pada kehormatan
budaknya. Seorang tuan akan terangkat kedudukannya jika ia punya budak, karena
hal ini merupakan identitas bahwa ia adalah orang yang berilmu atau kaya. Namun
hal ini tidak teridentifikasi jika ia tidak punya budak. Maka budak sangat
penting dalam kedudukan seseorang.
3.
Pekerjaan
Seorang tuan biasanya enggan untuk melakukan pekerjaan
yang berat, wajar karena ia adalah manusia yang memiliki sifat malas dan
enggan. Budak juga punya sifat kemanusiaan, maka seharusnya tuan memikirkan
akan hal ini. Pekerjaan budak harus standar dengan pekerjaan tuan. Jika pekerjaan
budak berat, tuan juga harus ikut merasakan beratnya. Tuan harus membantu budak
jika pekerjaan budak terasa berat.

Tiga hal di atas merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia. Makanan, pakaian dan pekerjaan adalah tiga hal yang menjadikan manusia mempunyai kehidupan yang ideal. Bentuk kasih sayang dalam ajaran Islam melalui ketiga hal tersebut membuktikan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin.
demikian artikel ini, semoga bermanfaat.....amiiiinnnnnn.....
Title : KEDUDUKAN BUDAK DALAM ISLAM
Description : عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ وَعَلَى غُلَامِهِ حُلَّةٌ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَ...
Description : عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ وَعَلَى غُلَامِهِ حُلَّةٌ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَ...
0 Response to "KEDUDUKAN BUDAK DALAM ISLAM"
Posting Komentar