Tanggal
10 November 1945 telah terjadi peristiwa besar di Surabaya. Peristiwa perang
yang terjadi 72 tahun lalu antara tentara Indonesia melawan pasukan Belanda
menjadi tragedi pertempuran pertama setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pasca kemerdekaan idealnya harus menikmati hasil atas perjuangan para tokoh dalam
membebaskan Indonesia dari belenggu Belanda. Pasukan Belanda tidak menyerah,
justru melakukan tindakan yang brutal untuk menguasai bangsa Indonesia kembali.
Pada akhirnya Belanda diruntuhkan oleh tokoh masyarakat Indonesia seperti
Pelopor muda Bung Tomo yang mempunyai pengaruh besar untuk menggerakkan
masyarakat agar memiliki semangat perlawanan terhadap penjajah.
Pertempuran
sengit di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa telah menggerakkan
perlawanan rakyat di seluruh Indonesa untuk mengusir Belanda dan mempertahankan
kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban
menjadikan tanggal 10 November 1945 di kenang sebagai Hari Pahlawan. Sebuah
prestasi yang tidak mampu di tukar dengan apapun. Hanya untaian doa yang mampu
kita salurkan kepada para Pahlawan Indonesia. Semoga jasanya diterima dan
menjadi amal yang bagus.
Ada
berjuta makna tentang penjelasan kata pahlawan. Setiap orang boleh membuat
makna pahlawan sesuai pengetahuan dan pengalamannya masing-masing. Semakin
banyak membuat istilah dari kata pahlawan, semakin kaya akan perspektif. Dalam
KBBI definisi pahlawan adalah seorang orang yang menonjol karena keberanian dan
pengorbanannya dalam membela kebenaran. Seorang pahlawan berani
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Berani mengatakan salah walaupun semua
orang mengklaim atas kebenaran palsu. Berani mengatakan benar walaupun semua
orang mengklaim atas kesalahan yang di paksa kebenarnanya.
Riwayat
hidup pahlawan terdiri dari dua aspek yang saling terintegrasi yaitu fakta dan
interpretasi (penafsiran). Fakta adalah kejadian-kejadian yang dialami oleh
para pahlawan. Sedangkan interpretasi adalah usaha pemberian dan pencarian
makna dari fakta yang tersedia. Oleh karena itu, sangat mungkin terjadi seorang
pahlawan bermakna berbeda-beda bagi para pembacanya. Hal itu desebabkan sifat
subjektivias yang dimiliki oleh setiap orang sehingga pencarian makna itu tetap
sah dan benar untuk dilakukan oleh setiap warga Negara Indonesia (J.B.
Soedarmanta: 2007). Orang yang berambisi memimpin (atau memimpin lebih baik)
belajar membangun orang-orang, memberi mereka harapan dan membuat mereka
menjadi pahlawan (Mark Sanborn: 2006). Melihat pernyataan Mark ini, pemimpin
justru mempunyai kedudukan yang lebih tinggi karena ia pembentuk para pahlawan.
Sehingga secara otomatis pemimpin hari ini pasti menjadi pahlawan di masa
depan.
PAHLAWAN MASA
KINI
Berbicara
tentang pahlawan tidak kemudian membuat pikiran kita menjadi sempit bahwa sosok
pahlawan hanya ada pada masa lalu yang rela mati demi bangsa dan Negara. Semua
orang bisa jadi pahlawan di era kekinian. Pahlawan bukan hanya tentang
pertempuran melawan kolonialisme, orang terkenal atau sumbangsihnya untuk
kehidupan bangsa dan negara. Pahlawan masa kini tentunya tidak harus dengan
senjata perang bahkan tidak perlu bercucuran darah. Pahlawan-pahlawan tersebut
dapat ditemukan disekitar kita, tentunya dalam masa yang bebeda dan perjuangan
yang berbeda pula.
Guru
atau dosen adalah sosok pahlawan pendidikan yang bertugas mendidik karakter
bangsa Indonesia. Dokter adalah sosok pahlawan kesehatan yang bertugas membantu
kesehatan masyarakat. TNI dan Polri bertugas sebagai Pahlawan keamanan yang
bertujuan mempererat NKRI. Pejabat Negara adalah pahlawan kebijakan yang
bertugas membentuk peraturan-peraturan Negara untuk kemaslahatan bangsa
Indonesisa. Semua kalangan tertentu mempunyai tugas pokok tersendiri sehingga
mampu membuka peluang untuk menjadi pahlawan, bahkan petani adalah pahlawan pangan
yang bertugas memproduksi bahan baku makanan pokok. Pedagang adalah pahlawan
ekonomi yang berperan dalam menjalankan laju perekonomian Indonesia. Tukang becak
adalah pahlawan bagi keluarga, anak-anaknya atas perjuangan mencari nafkah.
Orangtua juga disebut sebagai pahlawan karena rela berkorban dan berani
memperjuangkan kebahagiaan demi sang buah hati.
Tulisan ini bukanlah bermaksud mengecilkan
peran para pahlawan dari masa lampu yang namanya telah tercatat dalam sejarah
pahlawan bangsa Indonesia. Penulis ingin mengajak pembaca mengartikan pahlawan
dalam konteks yang lebih luas. Pembahasan pahlawan sebenarnya tidak terlepas
dari waktu, sebab setiap orang itu pasti ada masanya. Hidup itu silih berganti
antara pendahulu dan generasi. Para pendahulu menjadi pahlawan bagi orang-orang
sekarang dan orang-orang yang hidup sekarang ini bisa menjadi pahlawan untuk
masa depan. Regenerasi pahlawan berawal dari setiap orang yang memerankan
dirinya sebagai pemimpin. Hadis Nabi mengatakan: “Setiap dari kalian adalah
pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya”.
Pahlawan adalah pemimpin yang akan ditanya atas kepemimpinannya.
PEMUDA TITISAN
PAHLAWAN

Sosok
pemuda sebagai kader bangsa adalah generasi yang diwariskan nilai-nilai luhur
oleh generasi pendahulunya. Pemuda adalah titisan pahlawan dalam menyongsong
zaman yang akan datang. Bukti pemuda sebagai penyongsong keberhasilan bangsa Indonesia
adalah Hari Pahlawan 10 November 1945 atas
resolusi jihad yang digerakkan pemuda pada tanggal 22 Oktober 1945 dan
keteguhannya dalam bersumpah pada tanggal 28 Oktober 1945.
Beberapa
tokoh pahlawan dunia ternyata menumbuhkan rasa perjuangannya pada saat masih muda.
Ali bin Abi Thalib ketika berusia sekitar tujuh atau delapan tahun, ia pernah
berdiri diantara kerabatnya yang sudah dewasa dan berkata kepada mereka, “Wahai
Rasul, aku dapat menolongmu!”. Kalimat itu muncul dari jiwa yang berani bak
pahlawan. Tidak ada seorangpun yang berani memprotes perkataanya. Itulah Ali
kecil yang telah berhasil membuktikan perkataanya saat ia dewasa (Salih Suruc:
2015). Shalahuddin al-Ayyubi seorang pejuang perang salib (1154 M) ketika
berusia enam belas tahun sudah membuktikan bahwa usianya yang masih remaja
tidak membuatnya merasa kalah tangguh dengan orang dewasa (Dewi Cendika: 2009).
Bung Tomo
seorang pemuda pejuang Surabaya pada usia remaja, 17 tahun, berkiprah dalam
bidang politik dengan memasuki Partai Indonesia Raya (Parindra) cabang Tembok
Duku, Surabaya. Selain pejuang, Ia juga mahir dalam dunia tulis menulis (Gamal
Komandoko: 2006). Itulah contoh-contoh pahlawan yang gigih dan penuh
pengorbanan dan masih banyak lagi pejuang muda Indonesia yang namanya di catat
sebagai pahlawan Indonesia.
Pemuda
merupakan awal perjuangan nasional dan perjuangan pemuda merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari perjuangan bangsa secara keseluruhan (Sri
Sudarmiyatun: 2012). Realitas peradaban suatu bangsa dapat dilihat pada
kekompakan seluruh pemudanya. Berkembangnya peradaban yang berkualitas tinggi
tergantung pada pemudanya dalam mengambil dan memanfaatkan hasil jerih payah
dan karya pendahulunya. Peradaban manapun dalam sejarah tidak pernah melupakan
jasa pemuda. Revolusi dan revitalisasi suatu bangsa pasti dimotori oleh gerakan
pemuda sehingga ia pantas mendapat julukan sebagai pahlawan. Wahai pemuda,
engkaulah pahlawan harapan bangsa.
Penulis: Mokhamad Miptakhul Ulum, M.Pd.I
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Bakti Negara (STAIBN) Tegal
Diterbitkan oleh Koran Radar Tegal, Edisi Jumat 10 November 2017 (Bag.1) dan Sabtu 11 November 2017 (Bag.2).
Title : GERAKAN PEMUDA (DARI PEMIMPIN MENJADI PAHLAWAN)
Description : Tanggal 10 November 1945 telah terjadi peristiwa besar di Surabaya. Peristiwa perang yang terjadi 72 tahun lalu antara tentara Indonesi...
Description : Tanggal 10 November 1945 telah terjadi peristiwa besar di Surabaya. Peristiwa perang yang terjadi 72 tahun lalu antara tentara Indonesi...
0 Response to "GERAKAN PEMUDA (DARI PEMIMPIN MENJADI PAHLAWAN)"
Posting Komentar